Dear Readers,
Dengan ini saya sampaikan bahwa Merchants of Death : School Game akan hiatus selama beberapa minggu.
Rencananya saya akan memposting chapter berikutnya pada pertengahan bulan Januari atau ketika saya sudah sembuh dari writer block, whichever is earlier.
Sekali lagi, untuk silent reader, saya tunggu kritik dan sarannya
Terima Kasih
Kamis, 11 Desember 2014
School Game : Chapter 6
Burst
Dalam kegelapan Gaby meringkuk, menempelkan
lututnya ke dadanya dan memencet-mencet tombol di telepon genggamnya. Ia
berusaha mencari sinyal, tapi hasilnya nihil hingga akhirnya ia membanting
telepon genggam itu dengan rasa frustasi yang memuncak. Gaby menyisir rambut
panjangnya dengan tangan lalu menempelkan keningnya di lutut-nya. Ketika ia
memejamkan mata, masih terbayang mayat Loly dan Resta yang terbaring penuh
darah. Ia menggigit bibirnya dan bergidik jijik.
Pikirannya menerawang ketika ia menendang
mayat Resta yang dianggapnya sudah membohongi dan menipunya. Namun, ia juga tak
bisa menampikkan fakta bahwa Artha adalah minion-nya yang terbaik, yang selalu
menuruti kemauannya tanpa mengeluh meskipun ia kesal setengah mati. Lalu ada
Loly, yang manis dan bodoh, yang ia rekrut hanya agar Loly tidak lebih popular
dari dirinya.
Mengingat mereka berdua sekarang sudah tak
bernyawa, suatu perasaan aneh terbersit di dirinya. Terasa dingin dan sedikit
menyakitkan. Gaby memejamkan matanya dan menggidikkan kepalanya. Mengapa ia
menjadi melankolis seperti ini? Bukankah minion-minion bodoh seperti mereka
bisa tergantikan oleh siapa saja? Sudah banyak gadis-gadis yang mengantri untuk
posisi mereka!
Cahaya percaya diri di mata Gaby kembali
bersinar. Dari dulu ia tahu dirinya kuat dan ia mampu membuat semua orang
tunduk padanya. Tidak ada pengecualian. Mortis juga harus demikian. Ia akan
membuat bocah iseng yang kejam itu menyesal telah mengajaknya ke permainan ini.
Dengan langkah yakin, Gaby kemudian
berlari. Jika ia akan melawan Mortis, ia harus mencari senjata atau apapun yang
bisa dijadikan senjata. Ia akan membunuh Mortis sebelum bajingan itu
membunuhnya. Dalam pikiran itu, Gaby berlari dengan senyuman lebar.
***
Selasa, 25 November 2014
School Game : Interlude III
Interlude: ARTHA
Dunia sudah berubah di mata Artha. Dahulu
semuanya berwarna-warni seperti pelangi, penuh senyuman dan pujian bangga dari
orang-orang di sekelilingnya. Namun, sekarang senyuman itu berganti dengan alis
merengut dan pujian berganti dengan cacian. Orang tuanya memandang dengan sinis
dan bahkan kakaknya mengatakan semua usahanya kurang. Hanya karena prestasinya
di SMA ini menurun, hanya karena ia bukan juara umum di SMA ini.
Lama-lama beban yang disampirkan di
pundaknya terasa berat untuk ia pikul. Rasa sakit itu semakin membesar dari
hari ke hari dan bahkan membuatnya malas untuk pulang ke rumah. Bahkan
menginjak keset di depan pintu depan rumah terasa menjijikkan dan berlendir.
Untunglah ia mempunyai biola-nya, yang alunan merdu-nya dapat menyejukkan
hatinya, membuatnya melupakan caci maki itu.
Artha mengenal biola semenjak kecil.
Seorang paman yang ramah dengan senyum menawan memberikannya sebagai hadiah
ketika ia menjadi anak baik untuknya. Ia masih ingat bagaimana paman itu
membelainya dan mengecupnya lembut sebelum paman itu memberikan biola itu
kepadanya. Dan, setiap paman itu selesai mengelus seluruh tubuhnya, paman itu
akan mengajarkannya cara bermain biola. Semenjak itulah biola itu menjadi
sahabatnya.
Selasa, 11 November 2014
School Game : Chapter 5
Wound
Dengan cell phone di tangannya untuk
menyinari jalan, Ezky berjalan perlahan-lahan, diikuti oleh Lena dan Sinta yang
berjalan mengikutinya dari belakang. Sesekali Ezky menyinari jendela agar ia
tahu ada apa di luar, yang masih tetap sama setiap kali ia mengarahkan cahaya
dari cell phone-nya. Di luar hanya ada lapangan basket kosong yang sunyi, tidak
terlihat apapun yang bergerak. Jika memang pembunuh itu dapat menembak mereka
apabila mereka mencoba keluar maka semestinya pembunuh itu akan mengawasi dari
luar. Namun, tidak ada tanda-tanda kehidupan di luar sekolah.
Tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul 9
malam, sudah berlalu lebih dari 2 jam setelah Mortis menyatakan permainan
keji-nya ini telah dimulai. Hal yang disadari Sinta sedikit menguntungkan
karena mungkin orang tua-nya akan mulai mencarinya. “Iya, kan? Jika orang
tua-ku menyadari aku belum pulang, mereka mungkin akan mulai mencariku. Dan,
kita bisa selamat dari perangkap ini!” serunya dengan senyum riang yang
dibuat-buat.
Ezky dan Lena saling bertatapan, lalu Lena
berkata, “Aku kagumi semangatmu, tapi semestinya kau berharap orang tua-mu
tidak akan kemari untuk mencarimu.” Ada jeda beberapa detik sebelum ia
melanjutkan, “Aku takut jika orang tua-mu kemari Mortis juga akan membunuh
mereka. Menimbang apa yang baru saja terjadi dengan Resta dan Loly, kita tidak
tahu apa yang akan dilakukannya.” Lena menatap Sinta dengan sorot mata sedih
sementara mata Sinta mulai berkaca-kaca.
Kamis, 30 Oktober 2014
School Game : Interlude II
Interlude
: LOLY & RESTA
Pertemuan pertama dengan Gaby adalah surga
tanpa batas. Setidaknya itulah yang ada di pikiran Loly dan Resta ketika
pertama kali Gaby menghampiri mereka. Wajah cantiknya bagaikan bidadari dan
sikapnya manis seperti malaikat.
Resta yang hampir seumur hidupnya hanya
menelan kepahitan karena ia harus kerja banting tulang demi keluarganya merasa
Gaby adalah penyelamatnya ketika gadis cantik itu memberikannya status tinggi
di sekolah. Bersama dengan Gaby, tidak akan ada lagi yang mengatainya gadis
miskin menjijikkan yang dekil. Ia-pun bisa sesaat melupakan penderitaannya
hidup tanpa orang tua dan harus menghidupi 2 adiknya. Gaby-pun memberikannya
barang-barang mewah bekasnya yang sudah tidak ia pakai lagi. Hal ini membuat
Resta merasa derajatnya terangkat dan oleh karena itu ia bersumpah ia akan
patuh kepada Gaby.
Namun, perubahan gaya hidup bersama dengan
Gaby membuat Resta harus bekerja lebih keras. Ia tidak mau terlihat miskin jika
ia bersama dengan Gaby dan Loly, yang keduanya berasal dari keluarga berada.
Pekerjaannya sebagai pramuwisma di sebuah bar hanya cukup menghidupi ia dan 2
adiknya. Oleh karena itulah ia mengambil jalan pintas. Bermula dari seorang
pria kaya yang melihatnya di bar tempat ia bekerja, ia memutuskan untuk menjual
tubuhnya. Dan, dengan uang ia-pun bisa terlihat sederajat dengan Gaby. Ia
bahagia, meskipun…
Selasa, 21 Oktober 2014
School Game : Chapter 4
Past
Wajahnya yang cantik, rambutnya yang indah
dan badannya yang sempurna membuat Gaby menjadi gadis paling populer satu
sekolah. Semua pria ingin menjadi kekasihnya dan semua gadis ingin menjadi
temannya. Dengan itu, Gaby merasa dirinya berkuasa, tak akan ada yang sanggup
menolak permintaannya. Lagipula, pikirnya, siapa yang butuh teman jika ia punya
dua pesuruh yang sempurna, yang menuruti semua permintaan dan perintahnya.
Ia pertama kali bertemu Resta saat
penerimaan murid baru. Resta terlihat seperti putri yang angkuh, persis seperti
dirinya, namun tentu saja ia sama sekali tidak dapat menandingi kecantikannya. Resta
tergagap ketika pertama kali Gaby menyapanya, menyalami tangan Gaby dengan
sikap hormat berlebihan yang tidak terasa tulus.
Tapi, Gaby menyukai itu. Ia tidak keberatan
dengan sikap pura-pura, ia tidak perlu ketulusan, ia hanya perlu orang yang
menuruti perintahnya. Dan, pengamatannya ternyata tepat, Resta langung patuh
padanya begitu ia menawari uang dan kemewahan. Ternyata dari lagaknya saja
Resta orang kaya namun ternyata ia sangat miskin. Lihat, kan? Siapa yang butuh
pertemanan tulus ketika kau mendapat banyak keuntungan hanya dari gengsi dan
kepura-puraan? Toh, Gaby juga sudah memberi Resta status sebagai anak popular
di sekolah karena berteman dengannya.
Kemudian ada Loly, gadis lugu dan manis,
persis seperti gadis-gadis di idol group. Loly juga cukup ramah dan suka
tersenyum kepada setiap pria yang mendekatinya. Dan, Gaby melihat itu sebagai
ancaman. Oleh karena itu, Gaby harus menjadikannya sekutu yang tunduk
kepadanya. Hal ini ternyata cukup mudah karena Resta menyadari beberapa lebam
di lengan Loly, belum lagi memar merah di pipinya yang berhasil ditutupinya
dengan make-up. Singkat kata, Loly butuh perlindungan dan seseorang tempatnya
berbagi. Resta menjalankan peran itu dengan baik, menjadi kakak yang perhatian.
Sampai akhirnya, Loly terbujuk menjadi pesuruhnya. Namun berbeda dengan Resta
yang Gaby tahu tidak tulus, sikap Loly kepadanya cukup tulus. Ia tunduk dan
sangat patuh.
Jumat, 17 Oktober 2014
No Release This Week
Dear Readers,
I am sorry to say that will be no School Game release for this week due to my hectic work. ='(
Saya bahkan menulis ini ketika sedang menunggu giliran saya di meeting dengan tetap waspada akan pandangan tetangga sebelah.
Saya merasa bersalah karena saya sudah janji akan memberi postingan baru setiap minggu.
Hiks...
Dan, saya juga ingin bilang bahwa karya ini perlu kritik. Jadi saya mohon agar silent reader yang budiman dapat meluangkan waktu untuk memberi comment di tempat yang disediakan.
Ooou... si tetangga sebelah sudah mulai lirik-lirik... Lebih baik saya sudahi di sini saja.
Salam,
Merchants of Dead
I am sorry to say that will be no School Game release for this week due to my hectic work. ='(
Saya bahkan menulis ini ketika sedang menunggu giliran saya di meeting dengan tetap waspada akan pandangan tetangga sebelah.
Saya merasa bersalah karena saya sudah janji akan memberi postingan baru setiap minggu.
Hiks...
Dan, saya juga ingin bilang bahwa karya ini perlu kritik. Jadi saya mohon agar silent reader yang budiman dapat meluangkan waktu untuk memberi comment di tempat yang disediakan.
Ooou... si tetangga sebelah sudah mulai lirik-lirik... Lebih baik saya sudahi di sini saja.
Salam,
Merchants of Dead
Selasa, 07 Oktober 2014
School Game : Chapter 3
Hunted
Dengan kesal Gaby mengangkat-ngangkat
telepon genggamnya ke udara, mencoba mencari sinyal sembari menyusuri lorong
sekolah yang gelap. “Sial! Kenapa bisa enggak ada sinyal, sih?!?” hentaknya
putus asa.
“Tenanglah,” Bobby merangkulnya. “Kita pasti
keluar dari sini,” ucapnya, berusaha menenangkan Gaby sambil mengelus-ngelus
lengannya.
Alih-alih tenang, Gaby malah mendelik ke
arah Bobby, “Ya, tapi gimana caranya keluar dari sini!!” bentaknya.
“Eng, gimana kalau kita gedor-gedor pintu
supaya penjaga sekolah mendengar kita?” ucap Loly dengan suara melengkingnya.
Dengan kasar Resta langsung menempeleng
kepala Loly, “Kamu itu punya otak enggak, sih? Inget enggak tadi apa yang
ditulis di jendela itu? Kita tidak boleh terlihat berusaha keluar dari sini!! Apa
kamu mau lehermu bolong seperti Heru!?”
Cepat-cepat Loly menggelengkan kepalanya
sambil menutupi lehernya.
“Jangan sebut-sebut nama Heru lagi!! Dia
yang menyebabkan kita terperangkap di sini! Coba dia tidak bertingkah, kita
tidak akan menyiksanya malam ini dan sekarang kita sedang bersenang-senang di
club…” seru Gaby kesal. Ia kemudian menghela nafas dan melirik kepada kedua
minions-nya, lalu memberi pandangan penuh arti kepada Bobby. “Aku… perlu…
pelepas stress…” ucapnya patah-patah dengan senyum menggoda.
Selasa, 30 September 2014
School Game : Interlude I
HERU
Ketika
pertama kali menginjakkan kakinya ke sekolah ini, Heru merasa bersemangat.
Sekolah baru dan kehidupan baru. Kali ini ia bertekad ia akan menghabiskan masa
sekolahnya dengan menyenangkan, bertemu dengan teman-teman baru dan menjadi
siswa berprestasi. Oleh karena itu, ia melangkahkan kakinya dengan pasti,
menyapa semua orang dengan ramah meskipun mereka masih memandangnya canggung.
Jelas orang-orang itu tidak terbiasa dengan ramah tamah.
Kota
yang baru didatanginya ini memang terkenal dengan sikap individualistis yang
tinggi. Tidak ada yang mau tahu urusan orang lain dan tidak ada yang peduli
dengan urusan orang-orang di sekitar mereka. Justru karena itulah Heru meminta
orang tua-nya untuk pindah ke sini ketika ia masuk ke sekolah menengah atas.
Ayah-nya yang bekerja sebagai buruh bangunan sama sekali tidak keberatan karena
di kota ini pembangunan gedung baru hampir terjadi setiap hari sementara
Ibu-nya yang hanya seorang ibu rumah tangga biasa juga tidak mengajukan
penolakan.
Di
sinilah Heru berniat membangun hidupnya yang baru, berharap tidak ada lagi
hal-hal tidak menyenangkan seperti yang ia alami di sekolah menengah pertama.
Di mana semua orang seolah-olah mencampuri urusannya hanya karena ia anak yang
berotak cukup cemerlang. Ya, di sini semua orang hanya peduli dengan urusan
masing-masing, jadi ia juga hanya akan mengurusi urusannya sendiri.
Selasa, 23 September 2014
School Game : Chapter 2
Game Start
Suara yang berasal dari speaker itu terdengar
melengking, hingga menimbulkan dengingan tak nyaman di kuping. Sepertinya orang
yang berbicara di speaker itu menggunakan pengubah suara atau semacamnya karena
suaranya terdengar seperti robot rusak. Semua pasang mata menatap speaker yang
terletak di atas papan tulis hitam sebelum mereka semua saling bertatapan
dengan bingung. Gaby dan Bobby beserta 2 minionnya masih tertawa-tawa canggung,
tampaknya mereka hanya menganggap ini suatu lelucon bodoh. Sinta masih
meringkuk di lantai sambil menutupi telinganya, Artha menatap jijik ke arah
speaker seolah-olah speaker itu sedang berceloteh suatu hal yang bodoh,
sementara Limper dan Ezky masih mengantisipasi hal yang mungkin akan terjadi.
Suara
di speaker itu mulai cekikikan, “Hihihi, jangan anggap ini lelucon,
teman-temanku. Ini suatu permainan yang akan menjadi sangat menyenangkan jika
kalian bermain dengan benar,” ucapnya dengan nada mengejek. “Sebelumnya… aku
akan memperkenalkan diriku…”
Kamis, 18 September 2014
School Game: Chapter 1.2
Choose Your Player (Part 2)
Senja
menggantung di ufuk barat ketika sekolah sudah sepenuhnya kosong, hanya tersisa
beberapa siswa yang sedang melakukan kegiatan klub. Perlahan namun pasti,
lorong-lorong mulai kosong, suara pantulan bola basket di lapangan tidak lagi
terdengar, sepatu-sepatu sepakbola sudah ditenteng pulang, buku-buku di
perpustakaan-pun sudah kembali ke tempatnya. Sekolah sunyi senyap seiringan
dengan matahari yang mulai menyusup di balik gedung-gedung tinggi perkotaan,
hanya meninggalkan secercah cahaya temaram dari lampu-lampu putih kecil di
sudut-sudut sekolah. Penjaga sekolah-pun sudah sedikit bersantai di pos
jaga-nya.
Setelah
bersembunyi cukup lama di sudut gudang sekolah dan sempat setengah mati menahan
tawa karena menemukan kondom bekas, Ezky dan Limper akhirnya keluar dari sana.
“Selanjutnya yang susah adalah masuk ke gedung sekolah. Karena sistem keamanan
baru, jendela-nya dikunci dengan kunci elektronik. Sekolah ini memang sok
rahasia banget!” Jendela dan pintu sekolah memang terkunci dengan kunci
elektronik yang hanya bisa dibuka dengan kartu pass untuk masuk ke dalam, tapi
untuk keluar mereka hanya perlu memencet tombol dari dalam. Meskipun demikian,
pintu-pintu kelas masih menggunakan kunci manual model lama karena dianggap
tidak praktis jika kelas menggunakan kunci elektronik.
Ketika
Limper mengeluarkan laptop dari tas-nya, bersiap untuk melakukan hack,
seseorang mengejutkan mereka dari belakang, “Kalian sedang apa mengendap-ngendap
di sini?” tanya suara itu.
Selasa, 16 September 2014
School Game : Chapter 1.1
Choose
Your Player (Part 1)
Sekolah
pagi ini terlihat menyenangkan, matahari yang sinarnya terpantul di
jendela-jendela kelas juga bersinar sangat cerah. Terlihat siswa-siswi yang
sedang bersenda gurau saling menyapa dengan guru-guru yang tersenyum ramah dan
bahkan penjaga sekolah mengucapkan selamat pagi dengan senyuman. Selain itu,
dari pengeras suara terdengar guru-guru yang mengumumkan bahwa dalam waktu 15
menit pintu gerbang akan terkunci secara otomatis.
Sekolah
menengah atas ini baru saja memasang sistem keamanan baru beberapa minggu yang
lalu. Sistem keamanan yang bisa dibilang sangat canggih untuk ukuran sekolah.
Mereka menggunakan sistem elektronik untuk mengunci pintu gerbang dan
jendela-jendela. Menurut kepala sekolah, sistem keamanan baru itu diberlakukan
untuk mencegah murid-murid pergi ke luar saat jam sekolah.
Di
gymnasium, seorang gadis dengan pipi merah serta pelipis yang berkeringat
sedang berlatih senam ritmik, rambutnya yang panjang kecoklatan diikat ke atas
dan berkibar lembut ketika ia melompat-lompat di atas matras. Dari pintu masuk
gymnasium, seorang cowok dengan penampilan urakan dan rambut berantakan memperhatikannya.
Ia meletakkan sebuah tas di lantai dengan kasar.
“Lena!!
Mau latihan sampai kapan?? Kita hampir masuk!” serunya galak.
Si
gadis menghentikan gerakannya, memandang pria bermata tajam dan berambut gelap berantakan
serta kulit putih pucat yang berada di depannya. “Aku tahu, Ezky! Kau duluan
sana!” serunya kesal karena kegiatannya dihentikan.
Dengan
decakan kesal, Ezky melangkah keluar dari gymnasium. Kalau saja tadi Lena tidak
menitipkan tas kepadanya, ia pasti sudah pergi ke gudang belakang untuk
bersantai sebelum masuk kelas. Tiba-tiba, terdengar suara mendesah dari arah
tempat penyimpanan alat-alat olahraga. Sudah rahasia umum kalau tempat itu
adalah tempat para pasangan untuk
Jumat, 12 September 2014
School Game : Prologue
Entah mengapa orang-orang itu mengajaknya untuk
mengadakan pertemuan di tempat ramai seperti ini. Restoran keluarga seperti ini
lebih cocok untuk mengadakan pembicaraan mengenai rencana liburan atau
bergosip, bukan membicarakan rencana seperti ini, pikirnya di tengah keramaian
gelak tawa para pengunjung restoran.
Tangannya basah dan dari pelipisnya mengalir keringat
dingin, ia juga sudah merasakan perutnya yang bergejolak, gelisah karena
menunggu orang-orang itu. Orang-orang yang berjanji akan membantunya untuk melaksanakan
rencananya ini. Tampaknya
wajah pucat dan kakinya yang gemetar sudah menarik perhatian para pengunjung
restoran ini. Pandangan sinis mereka membuatnya mual, membuatnya muntah di
dalam mulutnya. Cairan itu terasa berlendir dan hijau ketika ia menelannya
kembali. Cepat-cepat disedotnya minuman soda berwarna merah di depannya.
Otaknya terasa beku ketika ia meminumnya terlalu cepat.
Saat
itulah seorang pria kurus ceking yang terlihat seperti gabungan antara manusia
dan jerapah duduk di depannya. Ia memakai segala sesuatunya serba kebesaran.
Mulai dari kacamata hitamnya yang bahkan tidak bisa menggantung di hidungnya
yang kecil sampai baju hitam yang rasa-rasanya bisa dipakai oleh 2 orang.
Karena perawakannya yang seperti itu, pria itu mengundang perhatian ibu-ibu
yang membawa anaknya ke restoran keluarga itu, membuat mereka menjauhinya. Pria
kurus itu menyedot ingusnya yang kental dan berlendir ketika memberikan sebuah
amplop coklat tebal kepada dirinya.
Kamis, 11 September 2014
M.O.D #1 : School Game
Lads and Gents,
Mohon berikan sambutan yang meriah kepada cerita pertama di Merchants of Dead
Premis:
Satu SMS misterius membawa beberapa orang murid sekolah menengah atas di kota X berkumpul di sekolah mereka setelah mentari terbenam. Tiba-tiba pintu gerbang gedung sekolah dan jendela-jendela terkunci, membuat mereka terkurung di dalam gedung bujur sangkar itu. Suara seseorang yang mengaku bernama Mortis kemudian menggema di seluruh penjuru, mengumumkan perburuan untuk merenggut nyawa mereka. Murid-murid itu-pun harus berjuang mempertahankan hidup mereka dari kejaran Mortis dan selama itu pula rahasia masing-masing dari mereka terungkap.
Karakter:
1. Lena – cewek jago senam yang cantik dan ramah.
2. Ezky – cowok bandel pembuat onar di sekolah
3. Heru – cowok kutu buku penyendiri yang jadi korban penindasan
4. Gaby – cewek paling populer dan cantik
5. Loly – cewek minion Gaby.
6. Resta – cewek minion Gaby.
7. Bobby – cowok ganteng penuh karisma dan populer, cowoknya Gaby
8. Limper – cowok pecandu yang sebenarnya jenius.
9. Sinta – cewek pemalu yang selalu ngumpet di belakang Lena.
10. Artha – cewek serius yang jago main biola dan tampak dewasa.
Karena ceritanya masih on progress, jadi saya usahakan untuk mempostingnya minimal seminggu sekali.
Maka, saya ucapkan selamat datang di dunia Merchants of Dead dan selamat menikmati School Game
FeKimi
Disclaimer:
Seluruh konten tulisan dalam blog ini dan Hak Cipta yang terkandung di dalamnya adalah milik penulis dan oleh karena itu dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta No. 28 tahun 2014.
Mohon kebijaksanaan dari pembaca sekalian
Mohon berikan sambutan yang meriah kepada cerita pertama di Merchants of Dead
"SCHOOL GAME"
Premis:
Satu SMS misterius membawa beberapa orang murid sekolah menengah atas di kota X berkumpul di sekolah mereka setelah mentari terbenam. Tiba-tiba pintu gerbang gedung sekolah dan jendela-jendela terkunci, membuat mereka terkurung di dalam gedung bujur sangkar itu. Suara seseorang yang mengaku bernama Mortis kemudian menggema di seluruh penjuru, mengumumkan perburuan untuk merenggut nyawa mereka. Murid-murid itu-pun harus berjuang mempertahankan hidup mereka dari kejaran Mortis dan selama itu pula rahasia masing-masing dari mereka terungkap.
Karakter:
1. Lena – cewek jago senam yang cantik dan ramah.
2. Ezky – cowok bandel pembuat onar di sekolah
3. Heru – cowok kutu buku penyendiri yang jadi korban penindasan
4. Gaby – cewek paling populer dan cantik
5. Loly – cewek minion Gaby.
6. Resta – cewek minion Gaby.
7. Bobby – cowok ganteng penuh karisma dan populer, cowoknya Gaby
8. Limper – cowok pecandu yang sebenarnya jenius.
9. Sinta – cewek pemalu yang selalu ngumpet di belakang Lena.
10. Artha – cewek serius yang jago main biola dan tampak dewasa.
Karena ceritanya masih on progress, jadi saya usahakan untuk mempostingnya minimal seminggu sekali.
Maka, saya ucapkan selamat datang di dunia Merchants of Dead dan selamat menikmati School Game
FeKimi
Disclaimer:
Seluruh konten tulisan dalam blog ini dan Hak Cipta yang terkandung di dalamnya adalah milik penulis dan oleh karena itu dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta No. 28 tahun 2014.
Mohon kebijaksanaan dari pembaca sekalian
Rabu, 10 September 2014
Introduction
Ladies and Gentleman,
Ijinkan saya memperkenalkan diri sebagai FeKimi Saiko untuk saat ini.
Nama yang aneh, saya tahu, tetapi bertujuan untuk memberikan sedikit humor di blog yang isinya mungkin akan mengganggu dan memberi kesuraman dalam kehidupan anda
Konten dalam blog ini adalah kumpulan cerita fiksi yang saya buat dengan tema yang lebih dark dan suram. Saya memutuskan untuk mempublish-nya secara online karena sepertinya lebih mengasyikkan daripada dikirim ke penerbit.
Untuk mengetahui arti nama blog ini, anda sekalian diharapkan dapat membaca cerita-cerita yang saya tulis di sini terlebih dahulu. Cerita yang mungkin jauh dari ekspektasi anda tapi juga mungkin mengganggu pikiran anda.
Sekian perkenalan dari saya.
Semoga anda dapat menikmati dunia Merchants of Death
Terima Kasih
Ijinkan saya memperkenalkan diri sebagai FeKimi Saiko untuk saat ini.
Nama yang aneh, saya tahu, tetapi bertujuan untuk memberikan sedikit humor di blog yang isinya mungkin akan mengganggu dan memberi kesuraman dalam kehidupan anda
Konten dalam blog ini adalah kumpulan cerita fiksi yang saya buat dengan tema yang lebih dark dan suram. Saya memutuskan untuk mempublish-nya secara online karena sepertinya lebih mengasyikkan daripada dikirim ke penerbit.
Untuk mengetahui arti nama blog ini, anda sekalian diharapkan dapat membaca cerita-cerita yang saya tulis di sini terlebih dahulu. Cerita yang mungkin jauh dari ekspektasi anda tapi juga mungkin mengganggu pikiran anda.
Sekian perkenalan dari saya.
Semoga anda dapat menikmati dunia Merchants of Death
Terima Kasih
Langganan:
Postingan (Atom)