HERU
Ketika
pertama kali menginjakkan kakinya ke sekolah ini, Heru merasa bersemangat.
Sekolah baru dan kehidupan baru. Kali ini ia bertekad ia akan menghabiskan masa
sekolahnya dengan menyenangkan, bertemu dengan teman-teman baru dan menjadi
siswa berprestasi. Oleh karena itu, ia melangkahkan kakinya dengan pasti,
menyapa semua orang dengan ramah meskipun mereka masih memandangnya canggung.
Jelas orang-orang itu tidak terbiasa dengan ramah tamah.
Kota
yang baru didatanginya ini memang terkenal dengan sikap individualistis yang
tinggi. Tidak ada yang mau tahu urusan orang lain dan tidak ada yang peduli
dengan urusan orang-orang di sekitar mereka. Justru karena itulah Heru meminta
orang tua-nya untuk pindah ke sini ketika ia masuk ke sekolah menengah atas.
Ayah-nya yang bekerja sebagai buruh bangunan sama sekali tidak keberatan karena
di kota ini pembangunan gedung baru hampir terjadi setiap hari sementara
Ibu-nya yang hanya seorang ibu rumah tangga biasa juga tidak mengajukan
penolakan.
Di
sinilah Heru berniat membangun hidupnya yang baru, berharap tidak ada lagi
hal-hal tidak menyenangkan seperti yang ia alami di sekolah menengah pertama.
Di mana semua orang seolah-olah mencampuri urusannya hanya karena ia anak yang
berotak cukup cemerlang. Ya, di sini semua orang hanya peduli dengan urusan
masing-masing, jadi ia juga hanya akan mengurusi urusannya sendiri.