Entah mengapa orang-orang itu mengajaknya untuk
mengadakan pertemuan di tempat ramai seperti ini. Restoran keluarga seperti ini
lebih cocok untuk mengadakan pembicaraan mengenai rencana liburan atau
bergosip, bukan membicarakan rencana seperti ini, pikirnya di tengah keramaian
gelak tawa para pengunjung restoran.
Tangannya basah dan dari pelipisnya mengalir keringat
dingin, ia juga sudah merasakan perutnya yang bergejolak, gelisah karena
menunggu orang-orang itu. Orang-orang yang berjanji akan membantunya untuk melaksanakan
rencananya ini. Tampaknya
wajah pucat dan kakinya yang gemetar sudah menarik perhatian para pengunjung
restoran ini. Pandangan sinis mereka membuatnya mual, membuatnya muntah di
dalam mulutnya. Cairan itu terasa berlendir dan hijau ketika ia menelannya
kembali. Cepat-cepat disedotnya minuman soda berwarna merah di depannya.
Otaknya terasa beku ketika ia meminumnya terlalu cepat.
Saat
itulah seorang pria kurus ceking yang terlihat seperti gabungan antara manusia
dan jerapah duduk di depannya. Ia memakai segala sesuatunya serba kebesaran.
Mulai dari kacamata hitamnya yang bahkan tidak bisa menggantung di hidungnya
yang kecil sampai baju hitam yang rasa-rasanya bisa dipakai oleh 2 orang.
Karena perawakannya yang seperti itu, pria itu mengundang perhatian ibu-ibu
yang membawa anaknya ke restoran keluarga itu, membuat mereka menjauhinya. Pria
kurus itu menyedot ingusnya yang kental dan berlendir ketika memberikan sebuah
amplop coklat tebal kepada dirinya.
“Semua yang ingin kau tahu ada di dalam. Pelajari dan
berikan pesan singkat ke nomor telepon yang ada di dalam jika kau sudah siap
melakukannya. Eksekusi akan dilakukan dalam waktu sebulan setelah pesanmu kami
terima,” ucap pria kurus itu dengan suara mencicit.
Dengan takut-takut ia memperhatikan pria jerapah yang ada
di hadapannya. Lalu ia memandang amplop yang ada di depannya ketika pikirannya
menuju ke beberapa minggu yang lalu, ketika seseorang meletakkan kartu nama
dengan rancangan yang cukup mewah di dalam tas-nya. Setelah ragu dan
memikirkannya selama berhari-hari, akhirnya ia menelepon mereka. Dan, mereka
mengatur pertemuan ini setelah ia setuju dengan harga yang mereka tawarkan.
Ia mengangguk mengerti dengan ragu dan pria kurus itu-pun
bangkit dan berjalan terseok-seok keluar restoran. Setelahnya dengan tangan
bergetar ia memegang amplop di tangannya. Rasa takut kembali menjalari dirinya,
tapi tekadnya sudah bulat. Ia akan melaksanakannya, apapun risikonya.
Di paragraf terakhir, kalimat
BalasHapusIa mengangguk mengerti dengan ragu dan pria kurus itu-pun bangkit dan berjalan terseok-seok keluar restoran.
Bisa lebih enak kalau kata "dan" yang muncul dua kali dalam satu tarikan napas dihilangkan satu, menjadi :
Ia mengangguk mengerti dengan ragu, pria kurus itu-pun bangkit dan berjalan terseok-seok keluar restoran.
Saya senang sekali ada yang memberi comment ^_^
HapusTerima kasih atas sarannya.
Saya akan belajar agar metode penulisan saya lebih baik lagi